Ilmu tauhid dan iman ini diajarkan oleh para nabi
علمُ التَّوحيدِ والإيمانِ جاءت به الأنبياءُ عليهم الصَّلاةُ والسَّلامُ، وآخِرُهم نبيُّنا محمَّدٌ صلَّى اللهُ عليه وسلَّم، ثمَّ نَقَله عنه الصَّحابةُ رَضِيَ اللهُ عنهم، ولم يكونوا بحاجةٍ إلى تدوينِه أو تصنيفِ كتُبٍ فيه، ثم ألَّفَ العُلماءُ كُتبَ الحديثِ؛ الصِّحاحُ، والسُّننُ، وغيرُها، وفيها كثيرٌ من الأحاديثِ والآثارِ المتَعلِّقةِ بالعَقائدِ.
ثمَّ بدأ التَّصنيفُ في عقيدةِ أهلِ السُّنَّةِ حين ظهَرَت فِرَقُ الجَهْميَّةِ والمعَطِّلةِ والشِّيعةِ، فأصبح التَّصنيفُ في العقيدةِ ضرورةً لا بُدَّ منها؛ لنَفيِ تحريفِ الغالِينَ، وانتِحالِ المُبطِلينَ، وتأويلِ الجاهِلينَ، ومِن ذلك الرِّسالةُ التي كتَبَها مالِكُ بنُ أنسٍ (ت: 179هـ) في القَدَر إلى تلميذِه عبدِ اللهِ بنِ وَهبٍ المصْريِّ (ت: 197هـ)
https://dorar.net/aqeeda/25
Ilmu tauhid dan iman ini diajarkan oleh para nabi, semoga Allah memberi mereka rahmat dan salam, dan yang terakhir dari mereka adalah Nabi kita Muhammad shalallahu 'alaihi wa sallam. Kemudian para sahabat, semoga Allah meridhai mereka, meneruskan dan mentransmisikan ilmu ini dari beliau, mereka tidak perlu menuliskannya atau membuat buku tentangnya. Kemudian para ulama menyusun kitab-kitab hadis seperti Shahih, Sunan, dan lain-lain yang berisi banyak hadis dan riwayat yang berkaitan dengan akidah.
Kemudian dimulailah penulisan tentang akidah Ahlussunnah Wal Jama'ah ketika munculnya aliran-aliran seperti Jahmiyah, Mu'tazilah, dan Syiah. Penulisan tentang akidah menjadi suatu kebutuhan yang tidak bisa dihindari untuk menolak tahrif (pemalsuan) dari orang-orang yang berlebihan, menolak pemikiran yang salah, dan menafsirkan yang tidak berpengetahuan. Salah satunya adalah risalah yang ditulis oleh Malik bin Anas (wafat tahun 179 H) kepada muridnya Abdullah bin Wahb, yang berbicara tentang takdir.
Komentar
Posting Komentar